Friday, May 15, 2009

6 Maret 2009

Tepat tiga puluh empat tahun lalu sebuah kehidupan baru dimulai bagiku
Berjuta asa berjuta harap mengiringi jerit tangis pertama dalam hirupan awal nafas
Kebahagiaan tak terhingga menyambut permata
Kegembiraan tak terlukis memegang karunia
Berjuta mimpi terbentuk berjuta indah terbentang mengawal sentuhan pertama
Siapa pernah sangka siapa pernah kira tak ada yang tahu apa terencana
Bertahun terjalani pasang kaki meretas nasib
Bertahun peristiwa membuka tabir takdir
Tak ada kuasa menolak tak ada mampu menghindar
Terseok arus terjerembab jungkal
Baik buruk panas teduh perih pedih luka menganga tertutup waktu tersembuh kisah baru
Bantingan hempasan puntiran hanya ada dalam kepala selebihnya hanya cara
Mari berduka maka hanya gelap mari bergembira maka akan terlupa
Baiknya waspadai
Terima dengan lapang tak berujung hadapi bulir-bulir nasib
Terima dengan lapang tak berakhir terima dengan syukur
Masih terperosok makin mengingkari bahkan menghujat dan menantang ku berani
Kembali diingati kembali dihadapi
Kuasa siapa yang berkuasa harga apa yang harus terbayar
Datanglah wahai detik-detik pengampunan tertunduk dalam cengang akan kuasa siapa
Datanglah dengan pergi duhai palsu kuasa
Datanglah demi cita terkubur dalam jiwa terdalam
Pergilah dengan senyum jangan lukai diri yang mengelupas geram
Pergilah demi asa akhir bahagia yang tak kunjung merupa
Tibalah sang sunyi telanjangi diri sampai ke butir-butir terhina diri
Tibalah sang sunyi demi kesungguhan dunia nanti nan indah tak peduli betapa pahit kini
Sunyi kian hening menguji kebingaran menggoda kebisingan yang tampak indah sensual
Sunyi demikian rapat mengepung hingga timbul keributan tanpa suara
Sadarkah? Demi inikah terjadi semua? Karenanyakah terjadi? Atau hanya sugesti batin?
Tiga puluh empat tahun tepat hari ini kuberdiri di tempat terindah muka bumi miliki
Berdiri didampingi wanita terindah dalam hidup
Ku terlahir kembali dengan terucapnya sumpah dihadapan segala makhluk bumi langit
Ku terlahir lagi diiringi jutaan harap dan mimpi yang telah menyembuhkan luka diri
Sumpah untuk wanita terindah telah memberikan nafas awal dalam setengah renta hidup
Wanita terindah telah berikan sentuhan besar menyentuh dasar diri sadari permata
Wanita terindah tak rupawan tak bercela namun permata tetaplah permata
Wanita terindah adalah karunia hidupku yang baru
Wanita terindah terima kasih untuk bahagia ini asa ini mimpi ini
Terima kasih Lilisku....

No comments: